National – News
BOGOR—Ali Zum Mashar, seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), berhasil menemukan mikroba yang dapat mengembalikan kondisi kesuburan tanah. Berkat penemuannya tersebut, Mahasiswa S3 program studi Ekonomi Sumber Daya Lingkungan ini memperoleh penghargaan Hak kekayaan Intelektual Luar Biasa tahun 2009.
Mikroba yang diberi nama BIOP 2000Z ini, kata Ali, mempunyai prinsip kerja yang cukup unik. “Mikroba ini dapat mencari dan menemukan potensi tersembunyi yang ada di dalam tanah. Jadi kayak google (mesin pencari situs di internet, red) gitu,” ucapnya kepada wartawan, Kamis malam (29/10).
Dengan memberdayakan mikroba ini, ujar Ali, tanah yang berpasir pun dapat disuburkan. “Segala jenis tanah dapat disuburkan kembali. Meskipun tanah itu tanah bekas tambang, tanah berpasir, atau tanah gambut,” katanya.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan kondisi tanah-tanah tersebut pun, ujar Ali, terbilang cukup singkat. Jika dengan menggunakan metode konvensional, sebidang tanah bekas tambang membutuhkan waktu tak kurang 30 tahun untuk subur kembali, tak demikian jika menggunakan mikroba ‘google’ ini. “Untuk tanah bekas tambang, hanya butuh 3 tahun untuk mengembalikan kondisi tanah menjadi subur kembali,” jelasnya.
Hal ini, kata Ali, sudah pernah diujicobakan di daerah Kerengpangi, Kalimantan Tengah. Dengan menggunakan 3 liter mikroba untuk tiap hektarnya, Kerengpangi yang merupakan tempat penambangan emas dapat disuburkan kembali. Sedangkan untuk tanah berpasir, membutuhkan waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan mikroba sebanyak 8 liter per hektarnya, untuk mengembalikan kesuburan tanah hanya butuh waktu 3 sampai 4 bulan. ”Dengan pemakaian mikroba ini, juga dapat menghemat pemakaian pupuk,” cetus Ali.
Lebih jauh Ali menuturkan, setiap tanah pasti mempunyai keunggulan masing-masing. “Pasti ada, tak mungkin tidak,” kata dia. Ditambah lagi, kondisi iklim tropis di Indonesia. Dengan adanya iklim tropis, semakin menambah potensi kesuburan tanah yang ada di Indonesia.
Ali mengatakan, penemuan mikroba ‘google’ ini terjadi pada tahun 2000 di lahan gambut di Kalimantan. Ali yang juga pernah bertransmigrasi ke Kalimantan ini mengatakan, mengenai efek samping dari pemakaian mikroba ini, hanya meningkatkan kesuburan tanah. ”Tidak ada efek negatif dari pemakaian mikroba ‘google’ ini,” jelasnya.
Tak hanya menyuburkan tanah, ujar Ali, beberapa pengujian telah membuktikan terdapat peningkatan produktivitas tanaman pertanian. Alumni S1 pertanian Unsoed Purwokerta Jawa Tengah, ini mengatakan mikroba tersebut telah diuji di beberapa tanaman, antara lain adalah kedelai dan jagung.
Saat ini, ungkap Ali, mikroba ini telah berhasil merambah pasaran dalam negeri dan luar negeri. “Petani di Jawa Timur dan Jawa Tengah telah banyak yang menggunakan mikroba ini,” katanya. Tak hanya itu, Malaysia dan Australia turut mengimpor mikroba ‘google’. Saat ini, mikroba ‘google’ ini dipasarkan oleh PT Alam Lestari sebagai fabrikator induk.
Tak membutuhkan lama bagi Ali untuk mematenkan mikroba ‘google’ miliknya ini. Saat ini, mikroba ‘google’ telah mendapatkan empat lisensi paten dari WIPO, sebuah lembaga paten yang berdomisili di Swedia. “Teknologi turunan dari mikroba ini juga akan kami patenkan,” tegasnya. c13/eye
sumber : media indonesia republika